JAKARTA - Indonesia tak perlu risau atas pilihan Research In Motion (RIM) untuk membangun pabrik BlackBerry (BB) di Malaysia. Fakta menunjukkan masa keemasan BB mulai memudar seiring munculnya telepon pintar berbasis Android. Di berbagai negara, smartphone berbasis Android mulai menggusur pangsa pasar BB.
Kinerja BlackBerry terus terpuruk, baik dalam hal persaingan di pasar smartphone dengan ponsel berbasis Android dan sistem operasi lain maupun dalam hal kinerja finansialnya. Total pendapatan produsen BlackBerry, Research In Motion (RIM), turun 5% pada kuartal III-2011, sedangkan keuntungannya turun 71% menjadi US$ 265 juta dibanding periode yang sama tahun lalu.
Harga saham RIM turun dari posisi tertinggi pada awal 2008 yang sempat mencapai US$ 147,55 menjadi US$ 70 pada Februari 2011, dan per 15 Desember 2011 tinggal US$ 15 per lembar saham. Sebagai akibatnya, dua petinggi RIM pun rela digaji hanya US$ 1 atau Rp 9.000 per tahun.
"Beberapa bulan terakhir ini adalah masa yang paling berat buat RIM," kata Jim Balsillie, co-CEO RIM saat membahas laba RIM per kuartal dengan para analis, seperti dikutip AFP, Jumat (16/12).
Kondisi ini bukan hanya karena kegagalan komputer tablet RIM, Playbook, tapi karena lesunya penjualan BlackBerry di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS), sejak Mei 2011, smartphone berbasis Android telah mengalahkan BlackBerry. Hal yang sama terjadi di Inggris.
Mengutip data Kantar Contech, sebuah laporan guardian.co.uk, per 31 Oktober 2011, menyebutkan, Android secara dramatis telah mengalahkan smartphone berbasis BlackBerry, iOS (tPhone), Symbian (Nokia), dan Windows Phone. Ponsel pintar berbasis Android telah menguasai 50% pangsa pasar, dan diprediksi bisa mencapai 70% pada 2012.
Laporan firma riset lain, Canalys, menyebutkan, ponsel pintar berbasis Android kini telah mendominasi pasar smartphone global dengan pangsa 48%. Android kini telah menjadi smartphone paling banyak digunakan di 35 dari 56 negara yang disurvei Canalys. Bahkan, di Korea Selatan, pangsa pasar Android sudah mencapai 85%, dan di Taiwan 71%.
Menurut catatan Gartner, pangsa pasar Android di seluruh dunia sudah mencapai 52,5%, disusul Nokia (Symbian) 17% (tahun lalu 36%), iOS 15%, dan BlackBerry 11%. Analis Gartner, seperti dikutip dari eWeek, belum lama ini, menyatakan, Samsung adalah vendor ponsel pintar Android terbesar saat ini. Penjualan Galaxy SII saja telah mencapai 10 juta unit
Keunggulan Android dan BB
Kejayaan Android tidak lepas dari ketersediaan produknya dalam beragam merek, mulai dari Samsung, Sony Ericsson, LG, HTC, hingga vendor lokal. Mereka beramai-ramai menawarkan smartphone Android dengan harga bervariasi mulai di bawah Rp 1 juta hingga di atas Rp 5 juta. Fitur yang ditawarkan pun tak kalah dibandingkan BlackBerry atau iPhone.
Ponsel pintar Android mendukung sistem multitasking sehingga pengguna bisa browsing dan Facebook-an sambil mendengarkan lagu. Produk Android didukung penuh oleh Google, sehingga bisa menikmati layanan Google mulai dari Gmail, Youtube, hingga Google Reader. Ponsel ini juga menggunakan sistem Real Time Notification, sehingga setiap ada SMS, email atau artikel baru dari RSS Reader, pengguna akan mendapat notifikasi langsung di home screevwiya.
Namun, banyak pihak yang meragukan keamanan menggunakan ponsel Android.
Namun, ponsel ini relatif aman dari virus karena berbasis linux (Kernel 2.6). Sedangkan layanan pesan instan, pengguna Android bisa menggunakan Google Talk atau aplikasi lain, seperti WhatApps, Yahoo Messenger atau Skype. Tak lama lagi pengguna Android juga bisa menggunakan BlackBerry Messenger (BBM). RIM sudah bekerja sama dengan Google untuk memasang aplikasi BBM di ponsel Android.
Meski demikian, BlackBerry menawarkan akses internet (browsing atau email) cepat karena data yang ditransfer telah dikompres. Untuk mengunduh attach Sie di email dengan BlackBerry jauh lebih cepat dibanding menggunakan ponsel pintar lain atau komputer. Fitur BlackBery lain adalah push email. Pengguna BlackBerry mendapat pemberitahuan langsung begitu mendapat kiriman email baru, layaknya mendapat pesan singkat (SMS). Selain itu, tingkat keamanannya amat tinggi, sehingga sulit disadap, dibajak (Aac*), atau diserah virus, spyware, dan program perusak lain.
Pasar Indonesia
Harapan RIM tinggal di Asia Tenggara. Di Indonesia, Thailand, dan Filipina, smartphone BlackBerry masih menjadi penguasa pasar dibanding ponsel pintar lain. Ini pula yang sebenarnya menjadi alasan kenapa RIM berani meluncurkan ponsel pintar terbarunya, BlackBerry Bold 9790 atau Bellagio di Jakarta, dan bahkan menawar-kan diskon harga hingga 50%.
Di Indonesia, menurut Balsillie, pertumbuhan pelanggan BlackBerry dua tahun terakhir mencapai 1.000% atau naik 11 kali lipat. "Di Indonesia, BlackBerry masih menjadi smartphone nomor satu. Bahkan, BlackBerry juga nomor satu di Thailand dan Filipina dan beberapa negara di Timur Tengah, Afrika Selatan, dan Amerika Latin," kata Bassilie saat peluncuran BlackBerry terbaru, 9790. atau Onyx-3, di Jakarta, belum lama ini.
Ketika menggelar BlackBerry Developer Conference di Singapura pada pekan lalu, Regional Managing Director RIM untuk Asia Timur Gregory Wade kembali menegaskan kepercayaan RTM bahwa BlackBerry akan tetap berkibar di Asia Pasifik hingga 2015.
"Berdasarkan survei IDC, BlackBerry akan tumbuh lebih pesat dari pertumbuhan pasar smartphone di Asia Pasifik pada 2015," kata Gregory Wade.
Di Indonesia, layanan BlackBerry pertama kali diperkenalkan Indosat pada 2004. Dalam empat tahun, tidak ada perkembangan berarti hingga Telkomsel untuk pertama kali di Asia meluncurkan layanan BlackBerry prabayar pada Mei 2008. Pada saat hampir bersamaan, RIM meluncurkan BlackBerry 9000 (Bold), yang mendukung teknologi 3G dan ditawarkan dengan harga Rp 8 juta. Pada akhir 2008, total pelanggan BlackBerry tiga operator melesat hingga menyentuh hampir 100 ribu.
Pada 2009, operator telekomunikasi dan RIM terus meluncurkan inovasi terbaru hingga pada Oktober 2009, RIM meluncurkan BlackBerry Curve 8520 atau Gemini yang ditawarkan dengan harga terjangkau, yakni Rp 2,5 juta. Selain Telkom-sel. Indosat, dan XL, tiga operator lain ikut-ikutan menawarkan layanan BlackBerry, yakni Axis, Tri, dan Smart. Sejak itu, tarif berlangganan layanan BlackBerry turun dari semula Rp 150-180 ribu per bulan menjadi Rp 69-99 ribu per bulan. Itu karena Axis menawarkan tarif Rp 79 ribu per bulan, yang kemudian diikuti operator Tri menawarkan tarif Rp 69 ribu per bulan.
Pada akhir 2009, total pelanggan BlackBerry di Tanah Air melesat hingga mencapai 325 ribu, dan menjadi 1,5 juta pada 2010. Kini, pada 2011, pelanggannya sudah mencapai 7,5 juta. BlackBerry, menurut data GfK, masih memimpin pasar smartphone Indonesia dengan pangsa 38%. Namun, RIM justru terpuruk ketika ikut-ikutan meluncurkan komputer tablet Playbook. Tablet itu tak laku, dan akhirnya didiskon habis-habisan menjelang akhir tahun ini.
Pada 2012. RIM bertekad untuk mempertahankan kepemimpinannya di Asia Tenggara, dan merebut kembali kedigdayaannya secara global. Untuk itu, strategi yang dilakukan RIM adalah meluncurkan sistem operasi (OS) terbaru, yakni BlackBerry OS 10. Dengan OS terbaru itu, RIM menawarkan aplikasi BlackBerry Messenger (BBM) untuk bisa digunakan smartphoneber-basis Android.
Vendor smartphone berbasis Android begitu yakini, Android mengalahkan BlackBerry pada akhir tahun ini. Bahkan, menurut survei Nielsen di Tanah Air, penguasa smartphone saat ini masih Nokia dengan pangsa 41%, dan BlackBerry justru cuma 21%. Namun, survei itu didasarkan pada merek, bukan sistem operasi, sehingga tidak diketahui berapa pangsa pasar Android.
Meski demikian. Chief Marketing
Officer Nexian Andy Jobs berpendapat, smartphone terpopuler saat ini di Indonesia adalah Android. Dengan banyaknya vendor yang menawarkan smartphone Android, mulai dari vendor global maupun lokal, kedigdayaan Android tak akan bisa terbendung oleh RIM (BlackBerry). "Saya kira akhir tahun ini Android sudah menjadi sistem operasi smartphonenomor satu di Indonesia," kata Andy kepada Investor Daily, Jumat (16/12).
Kepopuleran Android, lanjut Andy, akan semakin menanjak pada 2012. Tanda-tanda kepopuleran tersebut sudah terlihat pada tahun ini, salah satunya melalui dukungan operator telekomunikasi Tanah Air, yang mulai menawarkan paket bundling ponsel Android. "Semua operator telekomunikasi mulai melakukan penawaran bundling menarik dengan tarif yang sangat murah bahkan dengan gratis layanan data. Ini akan sangat mendorong penjualan Android karena masyarakat Indonesia tertarik dengan harga yang lebih murah," ujar dia.
Ponsel berbasis Android yang ditawarkan pun beragam. Baru-baru ini, bahkan Lenovo menawarkan ponsel berbasis Android Gingerbread dengan harga Rp 1,5 juta. Sedangkan operator menawarkan layanan data gratis hingga tiga bulan. Aplikasinya pun tersedia melimpah di Android Market, tidak kalah dengan aplikasi yang tersedia untuk produk Apple (AppStore) dan BlackBerry App World.
"Saya yakin, ponsel Android akan menjadi nomor satu pada 2012," kata Andy.
Android Kurang Bersahabat
Namun, di mata para pengembang aplikasi, BlackBerry dan iPhone masih lebih unggul dibanding ponsel pintar berbasis Android. Kemal Arsjad, pendiri Better-B, mengatakan, saat ini sebagian besardeveloper lokal tertarik membuat aplikasi untuk BlackBerry. Itu karena pangsa pasar BlackBerry di Indonesia masih sangat besar dibandingkan smartphone yang menggunakan sistem operasi lain.
"Salah satu yang dilihat oleh developer adalah market daripada handset-nya dan saat ini memang masih BlackBerry yang banyak dipilih mereka," kata Kemal kepada Investor Daily. Jumat (16/12).
Ia menilai, selain memiliki market yang besar, RIM cenderung memberi dukungan bagi developer lokal. Dari segi teknis, sistem yang disediakan RIM tidak ribet dibanding OS lain. "Meskipun begitu, sistem operasi iOS (iPhone) akan lebih menjanjikan di masa depan, termasuk di Indonesia," kata Kemal.
Sedangkan ponsel pintar Android, menurut Kemal, kurang menarik karena sifat sistem operasinya yang open source alias gratis. BlackBerry memberi kepastian arah pengembangan aplikasinya yang ke produktivitas bisnis, dan iOS ke hiburan, sedangkan Android tidak jelas. Selain tidak ada kepastian, aplikasi pada OS Android rawan terhadap keamanan dibandingkan OS BlackBerry maupun iOS milik Apple.
"Android memang sedang menanjak, namun bagi saya, sistemnya kurang bersahabat dan kurang aman," ujar Kemal.
Sementara untuk sistem operasi lain seperti Windows Phone, menurut dia, belum bisa berbuat banyak dalam masa dekat ini. Selain masih baru dan belum mempunyai market yang cukup besar, ia menilai, sistem operasi milik Microsoft itu kurang stabil.
"Sejak dulu Windows Phone dikenal oleh para developer karena sistemnya kurang stabil. Ini tentunya akan berubah jika Windows Phone selalu memperbaiki sistemnya dari tahun ke tahun," kata dia.
Sumber:http://bataviase.co.id
Sumber:http://bataviase.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar